Ilustrasi – Kecerdasan buatan untuk kesehatan. ANTARA/Shutterstock/am.
…Karena kalau misalnya kita berkaitan dengan surgery, pasti akan was-was, kita menerapkan AI yang saat ini mungkin saja belum mumpuni
Jakarta (ANTARA) – Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rizky Rahmatullah menyoroti sejumlah tantangan dan pertimbangan krusial dalam penerapan kecerdasan buatan (AI) di sektor kesehatan.
Dalam sebuah diskusi tentang Internet of Medical Things (IoMT) di Jakarta, Rabu, Rizky menekankan penggunaan AI terutama untuk tindakan medis yang sensitif membutuhkan kehati-hatian ekstra, sebab penerapan AI di layanan kesehatan bisa sangat kompleks.
"Kalau bisa saya katakan, AI di healthcare ini mohon maaf, cukup gila. Kenapa? Karena kalau misalnya kita berkaitan dengan surgery, pasti akan was-was, kita menerapkan AI yang saat ini mungkin saja belum mumpuni," katanya.
Maka dari itu, Rizky menekankan pentingnya akurasi dalam setiap pengembangan AI untuk kesehatan agar teknologi tersebut benar-benar memberikan manfaat.
Baca juga: BRIN paparkan pentingnya penerapan IoMT dalam transformasi kesehatan
"Ketika kita ingin menciptakan sebuah IoMT dan juga menerapkan sebuah kecerdasan buatan, akurasi dan lain sebagainya itu harus diperhatikan agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, terkhusus di sektor kesehatannya," lanjut dia.
Selain akurasi, peneliti lulusan Beijing Institute of Technology China itu juga menyoroti aspek privasi dan keamanan data. Data pasien bersifat sangat sensitif dan harus dijaga kerahasiaannya.
"Balik lagi, bahwa data pasien ini harus atau hanya boleh dilihat oleh dokter, dokter yang menangani pasien, dan juga oleh pasiennya dengan izin dokter tersebut," ujar Rizky.
Rizky menambahkan ini menjadi tantangan bagi para pengembang untuk menciptakan sistem AI yang mampu menjaga data setiap pasien dengan baik. Tantangan lain yang tak kalah penting adalah regulasi.
Baca juga: Kolaborasi kunci keberhasilan adopsi AI di rumah sakit
Menurutnya, di Indonesia maupun di dunia belum ada regulasi yang secara gamblang memberikan izin untuk penerapan AI pada alat-alat medis.
Ia menilai hal ini menjadi kendala bagi para peneliti yang ingin menggabungkan IoMT dengan AI.
Rizky berharap para peneliti dan perekayasa dapat berkolaborasi untuk menciptakan teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga aman dan sesuai standar.
"Harapannya para peneliti, perekayasa, dan lain-lain, bisa membuat IoMT yang bermanfaat bagi masyarakat, yang bisa menjaga keamanan datanya, kemudian bisa diakses oleh siapapun dengan harga yang cukup murah dan bisa sesuai dengan regulasi dan juga standar yang ada," kata Rizky Rahmatullah.
Baca juga: AI bantu atasi masalah kurangnya tenaga medis di Indonesia
Pewarta: Sean Filo MuhamadEditor: Risbiani Fardaniah Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.